Cerpen : Pelanggar Insyaf
PELANGGAR
INSYAF
Oleh:Muhammad
Fikri Rahman
Perkenalkan aku seorang santri
pelanggar disebuah pondok pesantren yang berada di Bukit Tinggi bernama pondok
pesantren modern diniyyah pasia.Namaku adalah Ahmad David,asalku dari sebuah
kampung kecil di sudut Kabupaten Tanah Datar yang bernama Malalo,aku adalah
anak kedua dari lima orang saudara yang ke semuanya laki-laki,ayahku wafat saat
umurku 6 tahun karena kecelakaan maut antara bus dan kontainer,dan sekarang
ibuku harus banting tulang berjualan
kelontong demi menyekolahkanku aku dan empat adekku,serta memenuhi semua
kebutuhan kami,sedangkan abangku yang pertama pergi merantau ke Bandung untuk
mengadu nasib,dan Alhamdulillah abangku diterima kerja di salh satu toko distro
yang terkenal di bandung,sehingga setiap bulannya abangku mengirim setiap
bulan.
Saat aku berusia 12 tahun,ibu
bertanya kepadaku perihal kemana aku akan menyambung sekolah nantinya,saat itu
aku sudah berada dikelas enam sekolah dasar,dan aku pun menjawab”Nanti aja ya
bu soalnya aku belum bisa memikirkan dimana aku akan menyambung sekolah
nantinya,dan aku kan belum ujian nasional bu,nanti setelah ujian nasional,aku
akan beritahu ibu koq”.,jawabku sambil pergi keluar rumah.
Hari demi hari telah kulewati,tak
terasa ujian nasional telah selesai,dan aku pun berharap akan lulus supaya
ibuku bangga akan hasil prestasi anaknya ini,dan hasilnya akan keluar dalam
minggu ini,dan aku berharap nantinya aku menyambung di sekolah favorit di kota
padang panjang.Hari yang dinanti pun tiba dan Alhamdulillah aku lulus walaupun
tidak setinggi nilai yang diperoleh oleh temanku, aku pun berb berbicara kepada
ibuku”Alhamdulillah bu,aku lulus,walaupun tidak setinggi nilai mereka”.,kataku
kepada ibuku,dan ibuku menjawab”gak apa-apa nak,yang penting kamu lulus,dan
setelah ini kamu memikirkan dimana aku akan menyambung sekolah nantinya”kata
ibuku,dan kami pun langsung pulang ke rumah.
Malam pun telah tiba,aku dan ibu
serta tiga adekku telah berkumpul di ruang keluarga,kami berkumpul untuk
membicarakan perihal tentang aku yang akan menyambung sekolah,ibuku membuka
pembicaraan”David,dimana kamu akan menyambung sekolah”tanya ibuku,dan aku
lantas menjawab”Rencananya aku mau di SMP 1 Padang Panjang”.Ibuku nampaknya
sedang memikirkan sesuatu,akhirnya ibuku pun berbicara lagi”Aku bukan mau
menyanggah permintaanmu,akan tetapi apa sebaiknya kamu di pesantren saja,ilmu
dunia boleh kamu kejar,akan tetapi ilmu akhirat harus kita seimbangkan dengan
ilmu dunia,dan ini juga wasiat dari bapakmu”.,akupun langsung kecewa mendengar
kata ibu tersebut,tetapi akhirnya aku menerima karena,wasiat itu tidak boleh
dimain-mainkan.Akhirnya aku menjawab jawaban ibu tadi”Ibu,sebenarnya aku tidak
ingin pisah denganmu,akan tetapi apalah daya,kalau itu wasiat yang ayah berikan
kepadaku”.Ibuku sempat menangis sesenggukan,akan tetapi setelah itu beliau
berbicara lagi”Janganlah takut kamu akan berpisah dengan ibu,ibu akan selalu
mendoakanmu,dan akupun masih sanggup membiayai sekolah kamu .Asalkan kamu jangan malas lagi
belajar,ok David”.,seraya ibuku mengancungkan jempolnya kepadaku,aku pun juga
mengacungkan jempolku seraya ketawa bersama adek-adekku.
Pada keesokan paginya aku
membantu ibu berjualan kelontong di pasar Malalo,kebetulan pasar tersebut hari
pekannya pada hari minggu,jadi banyak para pembeli singgah ke kedai ibuku untuk
membeli kebutuhan masing-masing.Sementara adik-adikku bermain di taman bermain
yang berada di dekat kedai kami,dan aku pun sempat menolong ibuku mengambil
barang-barang yang dibutuhkan oleh pembeli.Sore pun datang,aku dan ibuku serta
adik-adikku pulang menggunakan mobil L300,dan ibuku sesekali melirikku dan adikku
sehingga tanpa terasa akhirrya kami sampai di rumah kami yang tercinta,ibu pun
membuka pintu dan disusul olehku dan adik-adikku dari belakang, kami duduk di
ruang keluarga sambil melepas penat yang ada dalam diri kami semua,dan akhirnya
ibuku membuka pembicaraan pada saat sore itu”David,tadi ibu ketemu sama teman
ibu pas waktu SD dulu,kebetulan anaknya belajar di sebuah pesantren yang berada
di Bukit Tinggi,tau tak David,katanya disana bagus loh,ada bahasa inggris dan
bahasa arab disana,teruss disana ada pelajaran umumnya dan agamanya,dan katanya
lagi besok kamu udah bisa mendaftar disana besok”,saking semangatnya bercerita
sampai-sampai tetangga pun terkejut karena suara ibuku yang keras,aku
menjawab”Gak apa-apa bu,asalkan wasiat bapak udah aku tunaikan”,taak terasa
azan maghrib telah berkumandang,aku dan adik-adikku shalat di rumah,sedangkan
ibu pergi ke masjid yang lumayan tidak jauh dari rumah kami,setelah kami shalat
ibu pun datang dengan membawa nasi bungkus yang dia beli di samping masjid”ayo
makan mumpung rejeki nomplok hari ini”.,kata ibuku sambil senyum-senyum sendiri
di hadapan kami berempat,selepas makan,kamipun mencuci tangan kami dan azan
isya pun memanggil.Selepas isya di rumahku dan selepas adik-adikku tidur,ibu
memanggilku dan berkata”Jadi tidak ibu daftarin dirimu itu ke pesantren”dan aku
menjawab”ya bu,jadi”.
Keesokan harinya aku dan ibuku
pergi ke Bukittinggi untuk mendaftarkan aku ke pesantren yang ia maksud
kemaren,dan adik-adikku ditinggalakn oleh ibu ke tetangga sebelah,kami
berangkat jam tujuh pagi pakai bus yang bernama tanjung jaya.
Sesamapinya kami di pondok
pesantren modern diniyyah pasia,aku disuruh masuk oleh penerima santri
baru”mungkin ustadz-ustadz disini”,gumamku dalam hati,saat ku masuk,aku dikasuh
formulir dan mengisi formulir tersebut,setelah ku isi formulir tersebut,ustadz
yang mengasih formulir bilang padaku”Minggu depan tes akademik dan tes agama
sekaligus”dan aku menjawab “iya ustadz,aku udah tau ustadz”.
Minggu yang dinanti pun telah
tiba,aku pun bersiap untuk pergi ke pesantren itu,setibanya disana.Sudah banyak
para santri baru yang berdatangan dari berbagai daerah,saat menunngu giliranku
masuk,aku mendapatkan seorang teman yang berasal dari jambi yang bernama andika,dia
satu ruangan denganku ujian,akan tetapi dia berada di urutan terakhir,saat kami
lagi enaknya ngobrol,tiba-tiba sang penguji memanggil namaku,Ahmad
David”ya,saya”,sahutku”anda sekarang silahkan memasuki ruangan ujian”.Aku
merasa gugup,akan tetapi setelah beberapa lama aku bisa menjawab semua
pertanyaan dan jawaban,baik di ujian lisan maupun ujian tulis.Dan dalam waktu
satu bulan aku akan mendapatkan hasil kelulusanku di pesantren tersebut.
Bulan yang dinanti telah
tiba,Alhamdulillah aku lulus di pesantren tersebut,ibuku senang karena aku
lulus di sana,aku pun menyiapkan kain yang akan kubawa ke pesantren,sementara
ibuku pergi ke bank untuk mengambil uang karena akan dipakai untuk beli keperluanku
disan serta membayar daftar ulangku disana,saat ku menyiapkan barang,tiba-tiba
ketiga adikku menangis sambil berkata”Bang,jangan lupain kami ya
bang,sering-seringlah kamu pulang ke rumah”.”Abang gak akan melupakan
kalian,dan insyallah kalau bisa setiap 1 bulan sekali abang pulang ke
rumah”.,kataku sambil menghela napas”yang penting kalian haru rajin
belaja,jangan nakal,dan bantulah ibu kita pas bekerja”.,tamabhku setelah
itu,ibuku datang dan berbicara kepadaku”David,besok kita berangkat sama teman
ibu,soalnya jadwal balik anak teman ibu
itu sama denganmu”.”Ok bu,gak apa-apa,yang penting kan gratis”.,kataku sambil
ketawa.
Keesokan paginya,aku berangkat
sama teman ibuku dan anaknya serta ibuku,kami pergi dengan mobil suami teman
ibu itu,tak terasa akhirnya tibalah di pondok pesantren tersebut,aku pun
langsung mengikuti langkah ibu dari belakang,dan membawa semua barang-barangku untuk dibawa ke asrama
pondok pesantren tersebut.Setelah membayar semua kebutuhanku,aku pergi ke
asrama sambil dibimbing dengan anak teman ibuku tadi,akhirnya aku mendapatkan
kamar yang bernama Mesir,pada saatv itu aku langsung menuju ke lemariku yang
bernomor 142,disana banyak para santri dan orang tua mereka yang berada di
kamar tersebut,sesampainya di lemari,aku buka lemariku dan kuletakkan semua
barang-barangku yang kubutuhkan,tak terasa azan zuhur memanggil kami untuk
shalat,aku pun langsung berwuduk setelah itu aku kemasjid.Setelah zuhur aku dan
ibuku pergi ke kantin untuk mencari tempat makan,setelah makan,ibuku pamit
kepadaku,sambil berkata”Nak,jangan nakal ya,rajin belajar,insyallah setiap
sebulan sekali ibu kan menjengukmu ke sini”.,dan aku pun berkata”Ya bu,aku akan
mendengar nasehat ibu”,dan saat itulah ibuku pergi pulang,sebenarnya berat
hatiku untuk lepas dari beliau.Namun bagaimana lagi,itulah ketentuan Allah yang
diberikan kepadaku.
Pada malam hari dimana aku
dikumpulkan sama mudabbir(pengurus)kamar dan musyrif(pembimbing)kamar untuk
pekan perkenalan di dalam kamar,dan datanglah giliranku untuk memperkenalkan
namaku,aku berbicara”Perkenalkan nama saya Ahmad David,saya berasal dari tanah
datar”akupun mengakhiri perkenalanku dan langsung duduk ditempat semula.
Bulan demi bulan,tahun demi tahun
yang telah ku jalani dengan penuh kedisiplinan tinggi.Akhirnya kau sekarang
duduk di bangku kelas dua tsanawiyah,pada saat itulah aku mulai mengenal
pelanggaran-pelanggaran disiplin,aku pun mulai ketagihan untuk mencoba
pelanggaran-pelanggaran yang ada di pondok,berawal dari pelanggaran ringan
seperti tidak memakai bahasa,kencing berdiri minum berdiri,dan aku akhirnya di
cap teman sebagai mujawwiz nizom(pelanggar disiplin),aku sering dapat
tempelengan dan botak,tapi aku tidak sadar-sadar,karena melanggar disiplin itu
adalah hal yang wajib aku lakukan,hingga pada suatu hari aku masuk ke bagian
bahasa dan al-akh(abang) bagian bahasa menyidangku sambil berbicara pakai
bahasa arab”ANTA KAMAN,LA TA’I TADGUL MAHKAMATI DAIMAN(kamu lagi,tak bosan
masuk mahkamah saya terus)dan aku menjawab dengan santainya(a’i al-akh,walakin
lam afham lughoh arabiah”.,dan al-akh yang tadi itupun menyeret saya sambil
berkata”itba’uni ilad diwani ri’ayah,ana la akwa sauhakimuka(ikuti saya ke
kantor pengasuhan,saya gak kuat lagi nyidang kamu)aku pun lantas kaget dan
menarik tanganku sekuat mungkin dari al-akh tersebut,tapi apa daya,genggaman
al-akh tersebut cukup kuat sampai akhirnya sampai di kantor pengasuhan,batinku
dalam hati”Gimana nanti di suruh ustadz memanggil ibuku,aku kasihan liat ibu
yang susah banting tulang”.”David,huna(David,sini)”kata ustadz erik selaku
ketua pengasuhan di pesantrenku,aku pun lantas berjalan kehadapan beliau sambil
menekurkan kepalaku,ustadz Erick pun membuka pembicaraan”Na’am, dagalta
mahkamah daiman(apakah iya kamu sering masuk mahkamah) ”.”Na’am ustadz(iya
ustadz)”jawabku cemas-cemas,”Hal ‘arafta iqobuka al an(apakah kamu tahu hukuman
yang akan kamu terima sekarang)”.,kata ustadz Erick tegas,akupun
menjawab”La’arif ustadz(tidak tahu ustadz)”,”al an ummuka labud yatawajah
ilayya(sekarang ibu kamu harus menghadap kepada
saya),”FAHIMTA”,tambahnya”Fahimtu Ustadz”,jawabku dengan kepala yang masih
menunduk
Saat ibuku menghadap ke hadapan
ustadz Erick,aku merasa bersalah,aku telah mengecewakan ibu.Sesudah dia
berbicara panjang dengan ustadz Erick,ibuku langsung menuju ke tempatku
duduk,sambil berkata”David, kamu itu sudah besar nak,janganlah kamu langgar
semua peraturan yang ada di pondok,jalani aja,gak usah dipikirkan.Ibu
tau,disiplin disini sangat ketat,tetapi semua itu demi kebaikan kamu
juga,pepatah mengatakan(memang tidak nyaman hidup dengan disiplin,akan tetapi
saya lebih tidak nyaman hidup tanpa disiplin)”,akupun mendengar kata ibu dengan
baik dan segera memeluknya seraya mengatakan”Ya bu,aku akan dengar nasihat ibu,aku
janji tidak akan melanggar peraturan yang ada di pondok ini”.
Pada saat itulah aku mulai
kehidupan baruku,tidak melanggar bagian apapun,sampai teman-temanku dan bagian
OPPM mengataiku”PELANGGAR INSYAF”,aku nggak peduli yang mereka katakan,yang
penting aku sudah menjalani kehidupan yang lebih baik.
******
Tak
terasa aku sudah duduk di kelas 3aliyah,dan saatnya aku akan keluar dari pondok
ini.Aku tidak akan melupakan apa-apa
tentang pondok ini,dan akhirnya,seorang yang telah di cap pelanggar bisa
menjadi INSYAF
INTISARI:(MEMANG
TIDAK ENAK HIDUP DENGAN DISIPLIN.AKAN TETAPI
LEBIH TIDAK ENAK LAGI HIDUP TANPA DISIPLIN)
Komentar
Posting Komentar